Bentuk Loyalitas Kepada Musuh Allah

Oktober 09, 2011

Share Count

Memberikan loyalitas kepada musuh Alloh Subahanahu wa Ta’ala yaitu orang-orang kafir adalah perkara yang dilarang Alloh Subahanahu wa Ta’ala. Islam telah menetapkan loyalitas tunggal dalam segala hal yaitu kepada Alloh Subahanahu wa Ta’ala saja.

Bbentuk-bentuk loyalitas kepada musuh-musuh Islam yang dilarang oleh Alloh Subahanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya adalah diantaranya sebagai berikut:

Pertama: Meniru/menyerupai mereka dalam berpakaian, ucapan dan lainnya, karena yang demikian ini menunjukkan kecintaan. Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya: “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” Pengharaman ini dalam hal-hal yang menjadi ciri khas mereka seperti adat istiadat, ibadah, sifat-sifat serta tingkah laku seperti mencukur jenggot, memanjangkan kumis, berpakaian, makan, minum dan lainnya.

Kedua: Bepergian ke negara mereka dengan tujuan wisata dan rekreasi. Bepergian ke negara kafir diharamkan kecuali dalam keadaan darurat, seperti: berobat, berdagang, dan belajar ilmu-ilmu tertentu yang bermanfaat, yang tidak mungkin didapat kecuali di negeri mereka. Hal ini diperbolehkan sebatas keperluan, dan jika keperluannya telah selesai, maka wajib kembali ke negara kaum muslimin. Diperbolehkan juga dengan syarat untuk senantiasa memperlihatkan ke-Islamannya, serta bangga dengan ke-Islamannya. Ia harus menjauhi tempat-tempat maksiat dan berhati-hati dari segala bentuk tipu daya para musuh-musuhnya pula. Diperbolehkan bahkan wajib bepergian ke negara mereka jika bertujuan untuk berdakwah dan menyebarkan Islam.


Ketiga: Membantu dan menolong mereka untuk mengalahkan kaum muslimin, memuji-muji dan membela mereka, hal ini merupakan bagian dari rusaknya aqidah ke-Islaman juga penyebab dari kemurtadan. Kita berlindung kepada Alloh dari yang demikian.

Keempat: Minta bantuan kepada mereka, percaya dan memberikan jabatan-jabatan yang di dalamnya terdapat rahasia-rahasia kaum muslimin, dan menjadikan mereka sebagai orang kepercayaan serta tempat bertukar pikiran. Alloh Subahanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang diluar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan dalam hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka jumpai kamu, mereka berkata: ‘Kami beriman’, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): ‘Matilah kamu karena kemarhanmu itu.” Sesungguhnya Alloh mengetahui segala isi hati. Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana mereka bergembira karenanya.” (QS: Ali Imron: 118-120).

Alloh Subahanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa isi hati orang-orang kafir serta kebencian yang mereka sembunyikan terhadap kaum muslimin, dan apa yang mereka rencanakan untuk melawan kaum muslimin dengan tipu muslihat serta penghianatan. Mereka juga senantiasa menimpakan mudharat (bahaya) terhadap kaum muslimin dengan senantiasa menggunakan segala cara (sarana) untuk menyakiti orang-orang beriman. Dan sungguh mereka selalu memanfaatkan kepercayaan kaum msulimin, lalu mereka berencana untuk menimpakan bahaya terhadap kaum muslimin.

Abu Musa Al-Ay’ari berkata: Aku pernah berkata kepada Umar bin Khattab: “Aku mempunyai sekretaris seorang Nashrani.” Umar bin Khattab berkata: “Apa-apaan kamu ini, celakalah engkau! Tidakkah engkau mendengar firman Alloh Alloh Subahanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nashrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain.” (QS: Al-Maaidah: 51). Mengapa tidak mengambil orang muslim saja?” Lalu Abu Musa menjawab: “Wajai Amirul Mukminin, bagiku tulisannya dan baginya agamanya.!” Serentak Umar bin Khattab berkata: “Aku tidak akan menghormati mereka, sebab Alloh Alloh Subahanahu wa Ta’ala telah menjadikan mereka hina, dan aku tidak akan memuliakan mereka sebab Alloh Subahanahu wa Ta’ala telah menjadikan mereka rendah, dan aku tidak akan mendekati mereka disebabkan Alloh Subahanahu wa Ta’ala telah menjauhkan mereka (menjadikan mereka sangat jauh)” (HR: Imam Ahmad).

Dan Imam Ahmad dan Imam Muslim meriwayatkan: “Bahwa Rasululloh keluat menuju Badar, lalu seorang laki-laki musyrikin mengikuti beliau, kemudian bertemulah di suatu tempat (bernama Hirrah), seraya berkata, ‘Sesungguhnya aku ingin ikut dan terluka bersamamu.’, bersabdalah Rasululloh: “Berimankah kamu kepada Alloh dan Rasul-Nya?’ Laki-laki itu menjawab, ‘Tidak!’, Kemudian Nabi bersabda: “Pulanglah kamu, sekali-kali aku tidak minta tolong kepada orang musyrik.”

Jadi jelaslah bagi kita haramnya memberikan pekerjaan-pekerjaan kaum muslimin kepada orang kafir. yang dengan itu memungkinkan orang kafir untuk menyelidiki keadaan dan rahasia-rahasia kaum muslimin serta mengadakan tipu daya yang membehayakan mereka. Di antara contoh yang gamblang yang terjadi akhir-akhir ini yaitu dengan didatangkannya orang-orang kafir ke negara kaum muslimin (seperti di negara dua tanah haram yang suci) lalu mereka dijadikan pekerja-pekerja, sopir-sopir, pembantu-pembantu, baby sister di rumah mereka sehingga mereka berbaur dalam satu rumah tangga kaum muslimin yang tinggal di negara tersebut.

Kelima: Memuji dan terpesona atas kemajuan mereka serta kagum atas tingkah laku dan kepandaian mereka dan mengabaikan akidah-akidah mereka yang bathil dan nama mereka yang rusak. Alloh Subahanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan di dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Rabbmu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS: Thoha: 131).

Tetapi ayat tersebut bukanlah larangan bagi kaum muslimin untuk mengetahui rahasia sukses mereka dengan jalan belajar di bidang-bidang perindustrian (teknologi dan lain-lain), dasar-dasar ekonomi yang tidak dilarang oleh syari’at serta strategi-strategi lainnya yang tidak bertentangan dengan Syariat Islam, bahkan semua itu merupakan persoalan yang dituntut oleh Islam.

Alloh Subahanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi.” (QS: Al-Anfal: 60) Alloh Subahanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dia-lah Alloh yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.” (QS: Al-Baqarah: 29).

Maka merupakan suatu kewajiban bagi kaum muslimin untuk bersaing dalam menggali manfaat-manfaat dan potensi ini dan tidak perlu meminta-minta kepada orang kafir untuk mendapatkannya, mereka wajib memiliki pabrik-pabrik dan teknologi-teknologi canggih.
Wallohu a’lam bi shawaab

Sumber : http://aqidahislam.wordpress.com/2007/07/19/bentuk-loyalitas-kepada-musuh-alloh

emoticon emoticon emoticon emoticon emoticon emoticon emoticon emoticon emoticon emoticon
:1: :2: :3: :4: :5: :6: :7: :8: :9: :10:
emoticon emoticon emoticon emoticon emoticon emoticon emoticon emoticon emoticon emoticon
:11: :12: :13: :14: :15: :16: :17: :18: :19: :20:
Untuk memasukan icon² di atas, cukup memasukan kode dibawah icon tersebut misal:
:4:
ke dalam frame komentar di bawah ini.
Terimakasih, Selamat berkomentar

Leave a Reply

"Kecintaan kepada Allah melingkupi hati, kecintaan ini membimbing hati dan bahkan merambah ke segala hal." (Imam Al Ghazali)

"Kadang apa yang dihadapkan itu hanya ingin sebuah mimpi ,dan apa yang ada di angan dan mimpi itu ingin berjalan nyata ,.namun nyata nya di hadapan itulah jalan dimana tidak terulang kembali"

"Putarlah roda hidupmu dan jangan pernah berhenti, karena pada saat rodamu berputar belum tentu roda hidup orang lain ikut berputar, dan pada saat roda hidupmu berhenti belum tentu roda hidup orang lain pun ikut berhenti"

"Waktu kamu lahir, kamu menangis dan orang-orang disekelilingmu tersenyum – jalanilah hidupmu sehingga pada waktu kamu meninggal, kamu tersenyum dan orang-orang disekelilingmu menangis."

"Adanya tangisan bukan berarti ada kesedihan atau penyesalan ,namun rasa senang atau gembira kadang menyelimuti tangisan itu"

"Jangan tertarik kepada seseorang hanya karena parasnya, sebab keelokan paras dapat menyesatkan. Jangan pula tertarik hanya kepada kekayaannya, karena kekayaan dapat musnah. Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum, karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah. Semoga kamu menemukan orang seperti itu."

"Setiap orang di dunia ini adalah seorang tamu, dan uangnya adalah pinjaman. Tamu itu pastilah akan pergi, cepat atau lambat, dan pinjaman itu haruslah dikembalikan." (Ibnu Mas’ud)

"Pengetahuan tidaklah cukup; kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup; kita harus melakukannya." (Johann Wolfgang von Goethe)

"Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang disakiti hatinya, mereka yang mencari dan mereka yang mencoba. Karena hanya mereka itulah yang menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir dalam hidup mereka."

"Waktu akan berlari apabila Anda berlari ,waktu akan berjalan apabila Anda berjalan ,.tapi waktu akan tetap berlari jika Anda diam disini"

"Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum." (Mahatma Gandhi)

"Seseorang akan merasa bersalah apabila kesalahan itu tidak muncul lagi dalam dirinya"

""Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya."

"Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk." (Imam An Nawawi)

"Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak." (Khalifah ‘Ali)

"Sabar memiliki dua sisi, sisi yang satu adalah sabar, sisi yang lain adalah bersyukur kepada Allah." (Ibnu Mas’ud)

"Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar." (Khalifah ‘Umar)

"Takutlah kamu akan perbuatan dosa di saat sendirian, di saat inilah saksimu adalah juga hakimmu." (Khalifah ‘Ali)

"Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku." (Khalifah ‘Umar)

"Orang yang paling dekat dengan Allah ialah yang memulai memberi salam." (Abu Dawud)

"Demi yang jiwaku dalam genggamanNya. Kamu tidak dapat masuk surga kecuali harus beriman dan tidak beriman kecuali harus saling menyayangi. Maukah aku tunjukkan sesuatu bila kamu lakukan niscaya kamu saling berkasih sayang? Sebarkan salam di antara kamu." (HR. Muslim)

"Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, jenazah orang kafir berlalu di hadapan kami, apakah kami perlu berdiri?" Nabi Saw segera menjawab, "Ya, berdirilah. Sesungguhnya kamu berdiri bukanlah untuk menghormati mayitnya, tetapi menghormati yang merenggut nyawa-nyawa." " (HR. Ahmad)

"Hati manusia adalah kandungan rahasia dan sebagian lebih mampu merahasiakan dari yang lain. Bila kamu mohon sesuatu kepada Allah 'Azza wajalla maka mohonlah dengan penuh keyakinan bahwa do'amu akan terkabul. Allah tidak akan mengabulkan do'a orang yang hatinya lalai dan lengah." (HR. Ahmad)

"Niat seorang mukmin lebih baik dari amalnya." (HR. Al-Baihaqi dan Ar-Rabii')

"Barangsiapa meninggalkan shalat dengan sengaja maka dia kafir terang-terangan." (HR. Ahmad)

"Barangsiapa lupa shalat atau ketiduran maka tebusannya ialah melakukannya pada saat dia ingat." (HR. Ahmad)

"Rapikan barisanmu, sesungguhnya merapikan barisan termasuk mendirikan shalat." (HR. Ibnu Hibban)

"Hati manusia kadangkala maju dan kadangkala mundur. Apabila sedang mengalami kemajuan shalatlah nawafil (sunah ba'diyah, qobliyah dan tahajjud) dan bila sedang mengalami kemunduran shalatlah yang fardhu-fardhu saja (lima waktu)." (Ath-Thahawi)

"Barangsiapa menerima suatu kebajikan lalu berkata kepada pemberinya ucapan "Jazakallahu khairon" (semoga Allah membalas anda dengan kebaikan) maka sesungguhnya dia sudah berlebih-lebihan dalam berterima kasih." (HR. Tirmidzi dan An-Nasaa'i)

"Aku dan dunia ibarat orang dalam perjalanan menunggang kendaraan, lalu berteduh di bawah pohon untuk beristirahat dan setelah itu meninggalkannya." (HR. Ibnu Majah)

"Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga." (HR. Muslim)

"Apabila seorang datang langsung berbicara sebelum memberi salam maka janganlah dijawab." (HR. Ad-Dainuri dan Tirmidzi)

"Senyummu ke wajah saudaramu adalah sodaqoh." (Mashabih Assunnah)

"Seseorang adalah sejalan dan sealiran dengan kawan akrabnya, maka hendaklah kamu berhati-hati dalam memilih kawan pendamping." (HR. Ahmad)

"Belalah (tolonglah) kawanmu baik dia zalim maupun dizalimi. Apabila dia zalim, cegahlah dia dari perbuatannya dan bila dia dizalimi upayakanlah agar dia dimenangkan (dibela)." (HR. Bukhari)

"Sesungguhnya dunia seluruhnya adalah benda (perhiasan) dan sebaik-baik benda (perhiasan) adalah wanita (isteri) yang sholehah." (HR. Muslim)

"Barangsiapa berjabatan tangan dengan perempuan yang bukan mahramnya maka dia dimurkai Allah Azza wajalla." (HR.Ibnu Baabawih)

"Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan murka Allah pun terletak pada murka kedua orang tua." (HR. Al Hakim)

"Tidak ada suatu rezeki yang Allah berikan kepada seorang hamba yang lebih luas baginya daripada sabar." (HR. Al Hakim)

"Barangsiapa mengutamakan kecintaan Allah atas kecintaan manusia maka Allah akan melindunginya dari beban gangguan manusia." (HR. Ad-Dailami)

"Diam (tidak bicara) adalah suatu kebijaksanaan dan sedikit orang yang melakukannya." (HR. Ibnu Hibban)

"Allah menguji hambaNya dengan menimpakan musibah sebagaimana seorang menguji kemurnian emas dengan api (pembakaran). Ada yang ke luar emas murni. Itulah yang dilindungi Allah dari keragu-raguan. Ada juga yang kurang dari itu (mutunya) dan itulah yang selalu ragu. Ada yang ke luar seperti emas hitam dan itu yang memang ditimpa fitnah (musibah)." (HR. Ath-Thabrani)

"Barangsiapa diuji lalu bersabar, diberi lalu bersyukur, dizalimi lalu memaafkan dan menzalimi lalu beristighfar maka bagi mereka keselamatan dan mereka tergolong orang-orang yang memperoleh hidayah." (HR. Al-Baihaqi)

"Ambillah kesempatan lima sebelum lima: mudamu sebelum tua, sehatmu sebelum sakit, kayamu sebelum melarat, hidupmu sebelum mati, dan senggangmu sebelum sibuk." (HR. Al Hakim dan Al-Baihaqi)